Bupati Ponorogo, H. Sugiri Sancoko, S.E., M.M., menegaskan tidak sepenuhnya melarang menerbangkan Balon Udara. Namun pecinta balon harus mematuhi aturan keselamatan agar pelaksanaan tradisi ini tetap aman, tidak membahayakan penerbangan pesawat, masyarakat dan lingkungan hidup.
Di antara aturan menerbangkan balon udara yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20/2018, adalah mempunyai tinggi maksimal 7 meter dengan diameter maksimal 4 meter. Berikutnya ketika menerbangkannya harus ditambatkan dan tidak boleh melebihi ketinggian 150 meter. Selain itu, lokasi penerbangan jauh dari bandara dengan jarak minimal radius 15 kilometer.
Dengan aturan keselamatan tersebut, pecinta balon tidak hanya bisa tetap melestarikan tradisi membuat dan menerbangkan balon. Bahkan, menurut Kang Giri jika dikelola dengan baik bisa menjadi potensi wisata Kabupaten Ponorogo, salah satunya melalui Festival Balon Udara.
“Ini limbah bagi penerbangan, limbah menurut kepolisian, limbah menurut pemerintah. Tapi sesungguhnya jika dikelola dengan indah maka limbah ini akan menjadi wisata yang luar biasa,” tutur Kang Giri, panggilan akrab Bupati Ponorogo pada acara Sosialisasi Pengendalian Balon Udara, Rabu (12/05/2021).
Terkait hal ini, Pemkab Ponorogo sebenarnya telah merencanakan menggelar Festival Balon Udara pada Bulan Ramadhan 2021. Namun rencana ini urung dilakukan karena saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi Pandemi COVID-19.
“Saya ingin ada Festival Balon Udara yang hadiahnya ratusan juta. Tinggi boleh, besar boleh, namun terkendali dikasih benang. Karena adanya pandemi tidak boleh melakukan itu,” ucapnya.
Kang Giri berharap pecinta balon untuk bersabar sejenak, tidak menerbangkan balon secara ilegal tanpa mematuhi aturan keselamatan. Karena pada bulan Ramadhan 2022, ketika Pandemi sudah berakhir Pemkab Ponorogo berencana menggelarnya dengan hadiah yang lebih besar.
“Saya tidak melarang, namun menunda 2022 sambil kita siapkan hadiah lebih besar,” imbuhnya.