Masuki 10 Malam Terakhir Bulan Ramadhan, Orasi Budaya Solidaritas untuk Reog Ponorogo Berhenti Sejenak

Ribuan seniman Reog, pandemen Reog, dan masyarakat Ponorogo tumpah ruah di Aloon-aloon Ponorogo mengikuti Orasi Budaya solidaritas atas Reog Ponorogo, Kamis (21/4/2022). Orasi budaya ini menjadi penutup rentetan orasi budaya, sebelum dimulai lagi setelah lebaran Idulfitri 1443 H.

Melalui orasi budaya ini, harapan mereka hanya satu, menuntut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim memilih merekomendasikan Reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dari Indonesia.

Kang Bupati Sugiri Sancoko yang menemui masyarakat berharap kesabaran, kegigihan, dan perjuangan seniman Reog, pandemen Reog, dan masyarakat Ponorogo mampu mengetuk hati Nadiem Makarim lebih mendahulukan Reog Ponorogo diajukan ke UNESCO.

“Kesadaran, ketabahan Dengan perjuangan kita bersama mengetuk nadiem makarim mengusulkan reog nominasi tunggal untuk diusulkan ke UNESCO. Bagaimana di negara ini ciptaan leluhur harus dinomor satukan,” tutur Kang Bupati Sugiri Sancoko.

Perjuangan ini, seperti dijelaskan Kang Bupati sebagai bentuk terima kasih kepada leluhur yang menghadirkan kesenian adhi luhung untuk Ponorogo. Dengan masuk daftar ICH UNESCO, tentunya Reog Ponorogo akan diakui dan dikenal dunia sebagai kesenian luhur yang lahir dari rahim Ponorogo.

“Ini cara kita berterima kasih kepada leluhur, Reog diakui dan dikenal dunia. Monggo bersama, jangan mandek di perjuangan, terus berjuang bergerak di ruang masing,” ungkap Kang Bupati.

Bagikan