Bersih Desa, Babad Desa Ronosentanan Diwedar

Bersih Desa, Babad Desa Ronosentanan Diwedar

Bersih Desa Ronosentanan, Kec. Siman, Kab. Ponorogo digelar secara berbeda. Selain khotmil Quran, bersih makam, ziarah makam, dan doa bersama, momen bersih desa digunakan mewedar Babad Desa Ronosentanan oleh Pangarsa Pakasa Gebang Tinatar, KRA Gendut Rekso Diningrat, Kamis (8/6/2023) di halaman Balai Desa Ronosentanan.

Dalam ular-ularnya, KRA Gendut memaparkan dua sosok yang tidak bisa dipisahkan dari babad desa ini, yakni Tumenggung Jayengrono (Bupati pertama Pedanten) dan Eyang Donoyudo.

Awal cerita, karena jasanya membantu Pakubuwono (PB) II / raja Mataram merebut kembali Keraton Surakarta dari pemberontakan sunan kuning, ia diangkat menjadi Bupati (1745). Alih-alih memilih wilayah yang sudah ada, Eyang Jayengrono lebih memilih membuka sendiri wilayah yang akan dipimpin.

Kemudian ia membuka lahan mulai dari garis IAIN Ponorogo dan Unmuh Ponorogo ke arah selatan. Ketika membuka lahan tersebut, dari arah selatan ternyata ada Eyang Donoyudo keturunan Patih Selo Aji yang juga sedang membuka lahan.

Gayeng : Kang Bupati Sugiri Sancoko ikut memakan tumpeng yang disediakan saat bersih desa
Gayeng : Kang Bupati Sugiri Sancoko ikut menikmati tumpeng saat bersih desa

Baca juga : Baksos Kembali Dimulai, TP PKK Ponorogo Salurkan Sembako, Buku Bacaan Anak-Anak, dan Bibit Tanaman

Kemudian Donoyudo memutuskan menyerahkan semua (sedanten) lahan yang ia buka kepada Eyang Jayengrono. Dari kata inilah kabupaten yang dipimpin Eyang Jayengrono diberi nama “Pedanten”.

Karena jasanya, Eyang Donoyuda diangkat menjadi saudara (sentono) oleh Eyang Jayengrono. Dari kata “sentono” nama “Ronosentanan” diambil dan wilayah ini nantinya menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Pedanten.

Kang Bupati Sugiri Sancoko yang hadir dalam bersih desa menilai wedar babad desa merupakan cara yang tepat dalam bersih desa. Melalui wedar sejarah tersebut bisa mengenalkan para leluhur yang sangat besar jasanya kepada generasi saat ini.

Wedar sejarah, tekannya, juga penting untuk menumbuhkan sekaligus menerjemahkan spirit perjuangan leluhur guna membangun era saat ini.

Baca juga : Sedekah Bumi Kirab Kamuksan Ki Ageng Suryo Ngalam

“Sangat mendukung kegiatan meniko, sederhana, hikmat, maknanya sangat besar. Bersih desa bagaimana kita memaknai perjuangan leluhur kita. Sebagai generasi penerus wajib nguri-nguri dan mengimplementasikan kepada pembangunan,” ujar Kang Bupati.

Atas dasar pentingnya nguri-nguri sejarah peradaban inilah Kang Bupati Sugiri Sancoko juga akan membangun museum peradaban di bawah monumen Reog Sampung. Yang menatahkan secara literasi perjalanan sejarah peradaban Ponorogo.

“Mengapa kami letakkan di Sampung. Karena di sana peradabannya sangat tua sekali. Bahkan zaman pra sejarah sudah ada peradaban di sana. Ada juga Girishawardhana Bhre Wengker yang menjadi raja Majapahit dari sana,” ungkapnya.

“Tidak cukup kita uri-uri, namun mari kita jadikan budaya roda pembangunan bersama dengan agama,” tandasnya.

Baca juga : Ada Peluang Monumen Reog Masuk Proyek Strategis Nasional

Bagikan

slot server thailand

slot server thailand

slot gacor

live draw macau

slot server thailand

slot gacor

slot gacor

slot gacor

slot gacor

slot demo

slot deposit 5000 pulsa

slot thailand

rtp slot

magnum life

turnover gambling

pagcor

short deck poker

https://masterslot.win

slot gacor

https://www.creatuforo.com/

https://filsafat.in/

https://krisflyer.vip/

https://hardd.work/

https://abanga.de/

https://juanc.uk/