300 Seniman Ponorogo Guncang Monumen Bantarangin

300 Seniman Ponorogo Guncang Monumen Bantarangin


Sungguh layak memang Kabupaten Ponorogo menjadi bagian dari ekosistem jejaring kota kreatif Indonesia dengan sub sektor unggulan seni pertunjukan. Salah satu buktinya kemeriahan “Malam Spektakuler Tutup Grebeg Suro” di Monumen Bantarangin, Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Sabtu, (27/8/22).

Ragam seni pertunjukan dimainkan dan dipadukan indah oleh 300 seniman lintas generasi Kota Reog. Dibuka dengan Tabuhan Reog dan Tabuhan Lesung, secara bergantian Tari Kalo, Tari Nyiru, Tari Bapang, Tari Tampah Bubrah dan Tari Thole mampu memukau pengunjung.

Untuk menyambut kedatangan Kang Bupati Sugiri Sancoko pertunjukan pun diracik tidak kalah indahnya. Sepuluh pembawa obor, 8 pemain Dadhak Merak, penari Jathil, Tari Bedoyo, Tari Sasanjung mengiringi kedatangannya. Kemudian secara bergantian tampil memukau dengan wirasa, wirama, dan wiraga yang dipadukan dengan sempurna.

Puncaknya, suguhan Drama Tari Musikal “Bantarangin Bumi Reog Pertiwi” yang memadukan penampilan Grup Reog Singo Sumowicitro, Dagelan, Lagu Ambyar dan Lagu Nasional mampu membius penonton.

Pada malam itu, di Bumi tempat Reog Ponorogo dilahirkan, Kang Bupati Sugiri Sancoko menancapkan Tongkat Warok sebagai tanda komitmen melestarikan dan memperkenalkan kesenian adiluhung yang diwariskan leluhur kepada masyarakat dunia.

Komitmen inilah, ungkap Kang Bupati, yang harus kita pegang dan lakukan sampai kapanpun. Tidak hanya sebagai balas budi kepada leluhur, namun diharapkan bisa menjadi pengungkit ekonomi.

“Bantarangin adalah kota tua, disinilah kita yakini bersama sama Reog Ponorogo dilahirkan. Di bumi inilah cerita indah tentang ponorogo dimulai. Oleh karenanya maka sebagai anak muda yang diberi amanah oleh leluhur, kita wajib tidak hanya nguri-nguri tapi bagaimana Reog Ponorogo yang kita cintai bersama kita proyeksikan untuk membuat Ponorogo menjadi moncer dikalangan internasional,” ungkap Kang Bupati.
 
“Kita dorong agar UNESCO mau mengakui dengan jujur bahwa ICH harus turun untuk Reog Ponorogo. Ini penting karena yang pertama, kami ingin balas budi ke leluhur yang telah menciptakan Reog. Kedua untuk memoncerkan Ponorogo agar pertumbuhan ekonomi luar biasa,” tandasnya.

Bagikan