Langkah-langkah pencegahan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) semakin diintensifkan Pemkab Ponorogo menyusul merebaknya kembali virus PMK. Sejak kasus gelombang ke-2 muncul pertengahan Januari lalu, hingga kini tercatat 300 kasus PMK. Untuk menajamkan langkah pencegahan digelar rapat koordinasi lintas sektor di Ruang Bantarangin Gedung Kridha Praja Pemkab Ponorogo, Kamis (16/2/2023).
“Perhari ini terhitung sejak 9 Januari sampai sekarang ada sekitar 300 kasus baru. Pertama dilaporkan di daerah Bungkal melejit tinggi tapi kemudian Sawoo yang menyalip kasusnya. Rata rata perhari ada peningkatan 10 kasus.” Ungkap Masun Kepala Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo.
Ada 10 strategi pencegahan, lanjut Masun yang saat ini dimasifkan. Yakni pengobatan Symtomatic (mengurangi gejala/keluhan) pada ternak sakit, pembatasan lalu lintas ternak, disenfeksi pasar hewan dan RPH (Rumah Potong Hewan), penerapan Biosecurity (pengendalian wabah) di Pasar Hewan, vaksinasi, penandaan dan pendataan, surveilance (pengawasan kasus), edukasi dan sosialisasi pada peternak, rehabilitasi produksi dan reproduksi serta jaring pengaman sosial ekonomi.
“Kita sudah merapatkan dengan satgas PMK kabupaten per tanggal 24 Januari kemarin. Ada 10 upaya yang akan kita lakukan dan sudah kita lakukan,” ungkapnya.
Sementara itu, Wabup Bunda Lisdyarita menekankan pentingnya perangkat desa maupun camat aktif melaporkan kejadian PMK di wilayahnya. Sehingga bisa cepat tertangani dan tidak terjadi penyebaran yang signifikan.
“Mohon bantuan camat untuk menginformasikan bahwa PMK sedang melonjak, harap hati hati setidaknya kandangya steril dulu. Kalau bisa didata sapi sapi di desanya sehingga ketika dari dinas turun ke lapangan bisa langsung ke lokasi untuk menangani,” ungkapnya.