Dulur, jalan tidak mudah harus dilalui dalam upaya pendaftaran Reog Ponorogo sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO. Mohon dukungan dan doa dari dulur-dulur Ponorogo, saat ini langkah kita memasuki tahap proses penyusunan naskah akademik.
Untuk memastikan naskah akademik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan UNESCO, Rabu (22/12/2021), Pemerintah Kabupaten Ponorogo mengundang Fasilitator ICH-UNESCO Asia Pasifik, Harry Waluyo untuk menilai, memberikan arahan, dan masukan dalam merumuskan naskah akademik.
“Hari ini kita sedang bekerja keras seminar, FGD, riset di lapangan. Ini mudah-mudahan diberi arahan merumuskan naskah. Apakah Reog berdampak ekonomi, apakah sudah menjadi budaya rakyat, seperti apa bahan bakunya, detail banget. Bagaimana mencukupi selera UNESCO maka kita hadirkan tenaga ahli untuk merumuskannya,” tutur Kang Bupati Sugiri Sancoko.
Seperti dikatakan Harry Waluyo, dalam merumuskan naskah akademik tidak boleh ada celah yang menghambat diakuinya Reog sebagai ICH oleh UNESCO.
“Tidak boleh ada celah, sehingga UNESCO harus melihatnya perfect sesuai dengan persyaratan,” ujar Harry.
Lebih lanjut, Harry berharap antar Komunitas harus mempunyai komitmen bersama untuk memastikan Kesenian Reog memenuhi kriteria Konvensi tentang Warisan Budaya Tak Benda tahun 2003. Ketika kriteria terpenuhi peluang untuk mendapatkan pengakuan UNESCO akan semakin besar.
“Selama kita mengikuti petunjuk berkasnya sesuai dengan konvensi 2003, saya berdoa ini menjadi harapan bersama akan terwujud dalam waktu yang tidak lama,” lanjutnya.