Musim panen padi telah tiba. Hamparan sawah di Desa Mojorejo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo nampak menguning dan siap untuk di panen.
Sebelum panen digelar, Kelompok Tani “Makmur” dan masyarakat setempat menggelar Tasyakuran Metik Pari. Sebagai wujud mensyukuri atas panen yang melimpah dan bebas dari hama.
Diiringi gamelan Jawa, nampak puluhan warga mengawali prosesi tasyakuran metik pari dengan mengarak ingkung, tumpeng, sayur mayur dan hasil panen menuju area pinggir persawahan.
Di tempat itu warga berkumpul dan memanjatkan doa yang diakhiri dengan makan ingkung dan tumpeng bersama.
Kang Bupati Sugiri pun nampak hadir membersamai rangkaian tradisi turun temurun itu dari awal hingga akhir, Sabtu (9/3/24).
Hermanto Kepala Desa Mojorejo mengatakan bahwa tradisi metik pari telah diadakan rutin setiap tahun di desanya.
Konon, tradisi itu dilakukan sebagai persembahan kepada Dewi Sri (Dewi Padi) agar panen yang dihasilkan berkah dan melimpah.
“Istilahnya Dewi Sri itu yang menaungi masalah padi di sawah untuk dibawa pulang wujudnya dengan tasyakuran murak ingkung bersama dengan warga. ini adalah budaya dari para leluhur dulu, untuk menanam padi agar selamat, panennya baik dengan cara sodaqoh bersama warga,” ujarnya.
Selain menysukuri panen berlimpah, tradisi metik pari juga bertujuan melestarikan budaya leluhur dan mengeratkan kerukunan antar masyarakat.
“Selain sodakoh, kegiatan ini diuri-uri masyarakat desa kami. Ke depan supaya tanaman selamat dari hama, panen melimpah, berkah dan menyatukan silaturahmi masyarakat,” tambahnya.
Kang Bupati Sugiri pun mengungkapkan apresiasi atas komitmen dan antusias warga Mojerejo dalam nguri-nguri budaya Jawa itu.
Ia berharap tradisi ini terus lestari dan mampu membawa keberkahan dan kemakmuran bagi masyarakat setempat.
“Mojorejo luar biasa. Methik ini dari saya kecil sudah ada. Dengan methik pari ini semoga Mojorejo semakin rukun, makmur, ayem tentrem dan panen melimpah ruah,” ujarnya.